Jumat, 01 Februari 2008

Inkompatibilitas ABO

Ikterus adalah masalah neonatus yang umum ditemukan. Peningkatan bilirubin yang disertai ikterus ini dapat merupakan proses fisiologis pada bayi baru lahir, namun dapat pula menunjukkan suatu proses patologis.1

Ikterus dapat merupakan suatu pertanda adanya penyakit (patologik) atau adanya gangguan fungsional (fisiologik). Dikatakan ikterus patologik apabila di dapati ikterus dengan dasar patologik atau kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia yaitu bila peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg/dl atau lebih setiap 24 jam atau konsentrasi bilirubin serum lebih dari 15 mg/dl (250 μmol/L) pada bayi cukup bulan dan 12 mg/dl (250 μmol/L) pada bayi kurang bulan.1,2

Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir sebagian besar disebabkan oleh bilirubin Indirek yang dapat memberikan efek toksik pada otak dan dapat menimbulkan kematian atau cacat seumur hidup, oleh sebab itulah maka setiap bayi yang mengalami ikterus harus mendapat perhatian, meskipun tidak semuanya memerlukan pemeriksaan atau pengobatan yang khusus. 1-3

Penyebab hiperbilirubinemia pada neonatus banyak, namun penyebab yang paling sering adalah penyakit hemolitik neonatus, antara lain karena inkompatibilitas golongan darah (Rh, ABO), defek sel darah merah (defisiensi G6PD, sferositosis) lisis hematom dan lain-lain.1-3

Pada Inkompatibilitas ABO, hiperbilirubinemia lebih menonjol dibandingkan dengan anemia dan timbulnya pada 24 jam pertama. Reaksi hemolisis terjadi selagi zat anti dari ibu masih terdapat dalam serum bayi. 3

Diagnosis pasti inkompatibilitas ABO adalah dengan menemukan immunoglobulin G ibu yang bereaksi dengan eritrosit pada bayi. Akan tetapi hal ini sulit dilakukan sehingga diagnosis dapat ditegakkan dengan adanya anemia hemolitik pada bayi dengan golongan darah A atau B yang lahir dari ibu golongan darah O, adanya test Coombs direk dan indirek yang positif serta didukung dengan peningkatan mikrosferosit pada darah tepi bayi.2,3

Tidak ada penatalaksanaan khusus pada bayi dengan ikterus karena inkompatibilitas ABO selain penatalaksanaan hiperbilirubinemia secara umum. Katz dan kawan-kawan (1982) menemukan bahwa 62% bayi yang mengalami hemolitik memerlukan pengobatan dan yang paling sering diperlukan adalah fototerapi.3

Saat ini foto terapi telah dikenal sebagai tindakan yang aman dan efektif untuk menyembuhkan hiperbilirubinemia dan mengurangi perlunya transfusi tukar.2-6 Penatalaksanaan foto terapi pada bayi yang dirawat di rumah sakit dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih menggunakan pedoman menurut American Academy of pediatrics.4

Indikasi transfusi tukar menurut American Academy of Pediatrics adalah apabila bayi menunjukkan tanda-tanda ensefalopati bilirubin akut atau apabila kadar bilirubin total ≥25 mg/dl pada bayi usia gestasi 35 minggu atau lebih. 2-5

Transfusi tukar sekarang sudah jarang digunakan karena efektifnya fototerapi dan juga dengan pertimbangan terhadap resiko komplikasi yang banyak ditimbulkan dari transfusi tukar tersebut. 2,7,8

Tidak ada komentar: